Laman

Sabtu, 19 Maret 2011

Menyambung Tangan Putus Akibat Ledakan Bom




Dokter Spesialis Orthopedi RSCM, Dohar Tobing, menyatakan ketika dibawa ke rumah sakit telapak tangan kiri Dodi sudah hancur dan pertengahan lengan bawahnya rusak. “Untuk itu dilakukan amputasi pada lengan bawahnya,” kata Dohar, kemarin. 

Operasi yang dilakukan Selasa malam itu dikerjakan oleh dua spesialis, yaitu dokter spesialis bedah plastik (SpBp) Unit Luka Bakar dan dokter spesialis bedah orthopedi atau tulang (SpBO) RSCM. Dokter spesialis bedah plastik Aditya Wardhana yang menangani pembedahan itu menyatakan luka bakar akibat ledakan bom yang mematahkan tulang itu harus segera ditangani agar tidak menghambat pemulihan sehingga melibatkan ahli bedah tulang.

Setelah pengambilan darah dan foto di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Dodi langsung dibawa ke ruang operasi untuk pembersihan jaringan kulit. “Menjelang Maghrib, kami langsung mengamputasi tangan kirinya,” kata Aditya. Operasi itu tidak berlangsung lama dan berjalan lancar.

Jika kondisinya tidak terlalu parah, tangan yang terputus sekalipun sebenarnya dapat disambung kembali. Dalam operasi replantasi, bagian yang terpotong atau amputasi bisa dipulihkan jika potongannya bersih, kondisinya relatif baik dan mengandung pembuluh darah yang dapat disambung kembali untuk membuat darah dapat mengalir ke jaringan tersebut. 

Bagian yang terputus dari tubuh harus dijaga agar tetap segar. Idealnya, potongan tubuh itu harus dibungkus dalam kain lembab dan diletakkan dalam kontainer plastik yang diberi es. 

Temperatur terbaik untuk mengawetkan jaringan itu adalah empat derajat Celsius. Jika terlampau rendah justru menimbulkan risiko kerusakan jaringan, atau cold burn, yang disebabkan mengkristalnya air dalam sel jaringan. 

Mengurangi temperatur jaringan membantu memperlambat tingkat metabolisme, sehingga sel dapat bertahan hidup tanpa memperoleh pasokan nutrisi dan oksigen selama suplai darah dari tubuh terhenti. 

Operasi penyambungan tangan telah beberapa kali dilakukan di dalam negeri. Pertengahan 2010, misalnya, tim dokter bedah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung berhasil menyambung kembali tangan Hendra. Pergelangan tangan kiri lelaki asal Purwakarta itu buntung setelah terpotong mesin percetakan beberapa hari sebelumnya. 

Operasi selama 11 jam itu berhasil menyambung kembali tangan pemuda 19 tahun itu. Pekan berikutnya Hendra kembali dibawa ke meja bedah untuk penyambungan saraf. Dokter memperkirakan tangan Hendra bisa pulih dan bergerak lagi dalam 6-12 bulan. “Tulangnya kita sambung dengan pen, pembuluh darahnya sudah normal,” terang dr. Widya Arsa di Bagian Orthopaedi dan Traumalogi RS Hasan Sadikin. 

Kepala Bagian Orthopaedi dan Traumalogi RS Hasan Sadikin dr. Nucki Nursjamsi Hidajat mengatakan penyambungan bisa dilakukan karena potongan tangannya tak hancur. Dokter perusahaan sigap dan menyimpan tangan yang putus dengan baik. “Banyak jaringan yang selamat hingga 90 persen,” katanya.

Nucki menuturkan, potongan tubuh harus dibungkus dengan kain kasa lembab lalu dibungkus plastik. Agar tak cepat mati karena kekurangan oksigen, potongan itu harus diberi es lalu dimasukkan dalam termos. "Dengan cara itu jaringan bisa bertahan 10-11 jam dan bisa disambung kembali," katanya.

Sejak 1983, RS Hasan Sadikin telah menangani 28 kasus bagian tubuh terpotong. Namun banyak di antaranya yang gagal disambung kembali karena kesalahan cara menyimpan bagian yang putus.

Untuk menangani Ajun Komisaris Besar Dodi Rahmawan yang terpaksa kehilangan sebagian tangan kirinya, tim dokter RSCM masih menunggu kondisi tangannya hingga sembuh total pasca asmputasi. Dohar mengungkapkan kemungkinan pemasangan tangan palsu, tapi tim dokter masih menunggu izin dari pihak keluarga. “Kita tunggu setelah luka cukup membaik,” kata Dohar. “Keluarga belum ada rencana pemasangan tangan palsu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar